Minggu, 10 Juli 2016

Kehormatan dan Harga Diri sebagai Fitrah

| |



Kehormatan dan Harga Diri sebagai fitrah

Tidak bisa dipungkiri, manusia lahir di muka bumi ini dengan kondisi yang bersih. Terlahir dengan jiwa yang suci dan dihiasi dengan penciptaan yang sempurna. Wujud manusia telah dibentuk sedemikian cantik dan indah. tidak heran bila al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan ahsanu Khuluqan. Tidak hanya berkutat pada masalah lahir, dalam diri manusia terdapat dua hal yang tidak dimiliki makhluk yang lainnya. Allah hanya memberikannya pada khalifah fi al-Ardhi sebagai titipan yang harus dijaga dan dilestarikan. Keduanya adalah akal adalah hawa nafsu. Keduanya mempunyai peran yang fundamental dalam membentuk karakteristik dan kepribadian seseorang. Sebagaimana telah disinggung di muka, mansia terlahir dalam kondisi yang sama. Mereka terlahir dalam kesucian dan bersih dari dosa. Fitrah manusia yang seperti ini, juga didukung dengan adanya akal dan nafsu. Seseorang harus memanage keduanya demi mempertahankan ke-fitrahannya.

Fitrah manusia mencakup beberapa hal yang sangat banyak. Paling tidak ada dua aspek kefitrahan manusia yang harus dilestarikan. Seseorang tidak diperkenankan hanya memperhatikan salah satu dari keduanya. Keduanya harus dijaga dan dilestarikan seacara berbarengan. Pertama, aspek lahir dan yang kedua adalah aspek batin.aspek lahir merupakan segala sisi kehidupan manusia sebai makhluk yang lahir dan tampak. Dalam diri manusia terdapat hal-hal indah yang harus senantiasa diperhatikan dan dikembangkan sebagai wujud tanggung jawab dan rasa syukur kepada Tuhan yang memberikan anugerah-Nya. Mata harus senantiasa dipakai untuk memandang serta menatap hal-hal yang menjadikannya dekat kepada Allah, mencari jalan demi mendapatkan ridha-Nya. Telinga harus selalu dimanfaatkan untuk mendengarkan berbagai nasihat dan mauidhah yang mengarahkannya kepada jalan lurus sesuai dengan syariat Islam. Begitu juga dengan kedua kaki, seseorang harus berjalan dan mengarungi dunia dengan penuh semangat dan harapan tinggi demi mendapatkan cahaya Ilahi yang selanjutnya membimbingnya mendapatkan kebahagian di dunia maupun di akhirat. Dan begitu juga dengan beberapa aspek lahir yang lain.sedangkan aspek batin mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan jati diri manusia. Harkat, derajat dan mrtabat manusia harus diperjuangkan demi menjaga kehormatan dan kemuliaannya sebagai makhluk yang diberi kekuatan oleh Allah .
Rasa diri terhormat (baca: kehormatan diri), tidak sudi untuk tunduk kepada gemerlapnya dunia dan terjerumus dalam jurang kehinaan termasuk sifat-sifat yang menonjol yang diserukan oleh agama islam, ditanamkam dalam lubuk hati setiap sanubari, dan dipelihara kesuburannya dengan akidah dan ajaran-ajaran syari’at .[1]

Umar bin Khattab R.A. pernah mengatakan: “Aku menyukai orang yang bila menghadapi perlakuaan semena-mena ia menolak dan dengan tegas mengatakan:Tidak”. Ungakapan ini mengandung Ibroh yang harus dipahami dan direalisasikan dengan cerdas. Secara eksplisit, ini menunjukkan sikap ketegasan dan keberanian seorang muslim dalam menolak serta memerangi kebatilan. Di sisi lain, secara implist ungkapat ini menganjurkan kepada segenap umat Islam utuk menjaga kehormatan dan harga diri. Seseorang tidak boleh merelakan kehormatan dirinya dijajah oleh kebatilan baik yang dilakukan orang lain kepada maupun yang dilakukannya sendiri yang menyebabkan turun dan hancurnya kehormatan dirinya.


Urgensi menjaga kehormatan dan Harga diri             

Dalam menghadapi dunia yang modern ini, ada sebagian orang yang hanyut di dalamnya. Modernitas seakan mengharuskan adanya sikap dan gaya hidup yang serba materialistik dan hedonistik. Bekerja keras dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya seakan menjadi tuntutan yang harus segera terpenuhi bahkan tidak sedikit dari mereka yang mendewakan harta benda yang notabene merupakan hiasan dunia saja. Kemulian dan nilai manusia sering kali di ukur melalui harta yang dimiliki, pangkat dijadikan tujuan hidup dan diyakini sebagai kenikmatan yang selamanya dan tidak akan hangus begitu saja.

Anggapan keliru tersebut sering kali menyebabkan manusia memaksakan diri untuk mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan. Mereka tidak menyadari adanya kelemahan pada dirinya yang kemudian menyebabkan pada sikap yang tidak profesional bahkan mugkin juga ia akan terperosok di jurang kehinaan dan tidak mengenal harga diri. Tidak mengherankan jika ditemukan di wilayah sekitar kita beberapa fenomena menggelikan bahkan membuat kita harus mengelus dada seakan tidak dapat melakukan apa-apa. sumber mata pencaharian yang seharusnya bersih dari kehinaan berbalik menjadi pusat pengumpulan harta yang menjijikkan sekaligus menjadi tempat mengekplorasikan nafsu birahi semata. Sebut saja PSK, mereka terbawa arus modernitas yang mengharuskan mereka untuk melakukan segala sesuatu demi mendapatkan beberapa lembaran uang dari para hidung belang yang tidak bertanggung jawab. Sebagaian dari mereka melakukan pekerjaan mesum ini dengan alasan kebutuhan ekonomi yang mendesak. Bagaimanapun alasannya, pekerjaan semacam ini dilarang oleh syari’at agama. Agama memang mengajak umatnya untuk selalu berusaha keras dalam bekerja dan beramal agar dapat mempertahankan hidup dan keturunannya, tetapi agama juga memberikan pelajaran dan bimbingan kepada uamatnya untuk memcari rizeki dengan cara yang benar tanpa menurunkan harkat, martabat dan derajat. Rasulullah SAW telah lama memberikan rambu-rambu kepada umatnya untuk selalu menjaga kehormatan dan harga dirinya baik ketika mencari penghidupan maupun dalam kndisi apapun. Beliau bersabda:
أطلبوا الحوائج بعزة النفس فإن الآمور تجري بالمقادر

Mintalah kebutuhan dengan menjaga harga diri, karena semua urusan berlangsung menurut takdir ilahi.

Sebagaimana telah dipaparkan diatas, Biasanya orang bersedia merendahkan diri sendiri dan mau diperlakukan tidak hormat hanya disebabkan oleh salah satu dari dua alasan: yatu ingin mendapatkan rizeki atau karena takut binasa. Yang mengherankan, pada hakikatnya manusia telah mengetahui baik umur, jodoh dan rizeki semuanya berada di tangan Allah SWT, Tetapi hal ini acap kali dilupakan. Yang selanjutnya menyebabkan kelalain mereka yang berujung menjadi ketakutan yang dasyat yang mengancam kehidupan mereka. Saking takutnya, mereka berkenan untuk menjual harga dirinya dengan berbagai macam cara.

Seorang yang memiliki harga diri akan lebih bersemangat, lebih mandiri, lebih mampu dan berdaya, sanggup menerima tantangan, lebih percaya diri, tidak mudah menyerah dan putus asa, mudah memikul tanggung jawab, mampu menghadapi kehidupan dengan lebih baik, dan merasa sejajar dengan orang lain.
Kiat-kiat meningkatkan harga diri

Tidak hanya dilindungi, seorang muslim harus meningkatkan harga dirinya, bukan karena prestice, upaya untuk meningkatkan harga diri telah dianjurkan oleh agama melalui ayat-ayat al-Qur’an ataupun hadits Nabi.

Ada beberapa hal yang dapat membantu seseorang dalam meningkatkan harga dirinya, diantaranya:

1. Mengenali diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Kadang- kadang kita tidak memiliki harga diri yang tinggi karena kurang mengenali kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Sering kali orang merasa kurang memiliki sesuatu yang dapat dikembangkan bagi dirinya, padahal setiap orang lahir dengan banyak potensi diri. salah satu cara untuk mengenal diri sendiri adalah dengan cara bercermin, baik dengan kaca atau menulis di kertas, mana potensi-potensi yang bisa kita kembangkan atau tunjukan ke orang lain, dan mana yang harus kita tinggalkan.

2. menerima diri seperti apa adanya. Orang yang dapat menerima diri sendiri apa adanya tidak akan menyesali segala yang terjadi dalam menghadapi kenyataan. Kalau kita mampu menerima diri kita, tentu saja kita mampu menghadapi lingkungan secara baik dan dapat menghadapi perosalan- persoalan dengan besar hati. Yang harus dipahami, kadang kita menganggap sesuatu yang ada pada diri kita jelek, tetapi orang lain tidak. Artinya, apa yang ada pada diri kita harus diterima dan dikembangkan. Begitu juga sebaliknya.

3. Memanfaatkan kelebihan. Kelebihan yang kita miliki harus dikenali terlebih dahulu, selanjutnya digunakan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin.

4. meningkatkan keahlian yang dimiliki. Kemampuan, keahlian dan keterampilan yang kita miliki memberikan sumbangan untuk meningkatkan harga diri kita. Selanjutnya akan berpengaruh psitif pada semua aspek kehidupan kita.
5. memperbaiki kekurangan. Tidak dapat dipungkiri, setiap manusia mempunyai kekurangan, kekurangan seseorang berbeda dengan yang lainnya. Kita harus mengenal kekurangan yang ada pada diri kita. Kalau kita tidak mengenalinya, maka keinginan untuk memotivasi dan mengembangkan diri kita ke arah yang lebih baik akan sulit direalisasikan. Dengan mengenal kekurangan, kita dapat belajar dari kekurangan tersebut dan selanjutnya memperbaikinya dengan segala sesuatu yang lebih baik.

6. percaya dan mengembangkan pemikiran bahwa kita sama dan sederajat denagn rang lain. Setiap orang berbeda, perbedaan itu bisa ada pada sektor ekonomi ataupun strata sosial. Tetapi, semuanya mempunyai posisi yang sama pada wilayah hak dan kesempatan. Pemikiran itulah yang harus selalu dikembangkan dan dilestarikan demi menumbuhkan sifat optimisme yang kuat.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Diberdayakan oleh Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©